I do not why

Berbicara soal masa muda, ibarat menyelami lautan tak bertepi dan tak berdasar. Sangat luas dan kompleks. Sarat dengan hal-hal yang unik, menakjubkan tapi juga terkadang mengkhawatirkan. Sebuah masa yang paling berkesan dalam episode kehidupan manusia.
 Sifat-sifat seperti semangat membara, keras dalam prinsip, tubuh dan jiwa serta pikiran yang masih segar dan sedang mengalami growing up, menjadikan sosok pemuda adalah sosok manusia dalam bentuk paling indah. Peran dalam kehidupan yang mereka ambil pun cukup besar. Sehingga wajar jika estafet perjuangan hidup diserahkan sepenuhnya pada para pemuda. 
Meski demikian, perlu juga diwaspadai, masa ini adalah masa dimana segala gejolak dan rasa mencapai puncaknya. Hasrat dan keinginan bergejolak dahsyat dalam jiwa. Godaan dan dorongan nafsu mendesak sangat kuat. Sehingga kans untuk tergelincir pada lembah kebinasaan terbuka lebar, sebagaimana peluang menuju kesuksesan pun terhampar di depan mata.
Kiranya kabar yang mencengangkan seperti : 90 sekian persen mahasiwi di beberapa PTS maupun PTN telah kehilangan mahkota keperawanannya., demikian pula siswi-siswi SMU bahkan SMP. Sekian persen lagi kecanduan narkoba dan miras, sementara yang lain terlibat tindak kriminal maupun pelecehan sexual. Saat ini sudah tak asing lagi. Tingkat kebrutalan dan dekadensi moral yang sudah sampai pada tingkat yang mengerikan membuat kita prihatin. Dan malangnya, oknum yang terjangkit nota bene adalah muda-mudi muslim yang “ makan bangku sekolah”. Generasi muda yang sedianya dicalonkan menjadi kandidat tunggal pemimpin dan pengemban segala tugas berat di masa depan, yang membutuhkan semangat membara dan pundak-lengan yang kokoh, malah kini nampak seperti lelaki kurus penyakitan yang sekedar menyangga rahang saja tidak mampu. Tugas iqomatuddin terutama, adalah tugas yang sama sekali tak bisa dianggap enteng. Tugas yang membutuhkan semangat yang tak pernah kendur dan hati yang tsabat ( teguh ). Sebuah syair mengatakan :
إن في يد الشبان أمرالأمة
 إذا نقدم تقدمت الأمة وإذا تأخر تأخرت الأمة
 “Urusan umat ada pada tangan para pemuda
 Jika mereka maju, umat akan maju
 Dan jika mereka mundur, umat akan mundur”

Ada asap ada api, tentu semua musibah itu ada sebabnya. Meski telah banyak artikel, makalah dan kajian dalam masalah ini tetapi sebuah nasehat, perenungan dan penyadaran perlu untuk selalu diulang sebagaimana bisikan setan tidak pernah berhenti berngiang. Untuk itu kami coba utarakan beberapa faktor penyebabnya dengan harapan setelah mengetahui beberapa penyebab kita bisa mencoba merenungkan untuk kemudian menyadari dan berusaha mencari solusi. Diantara sekian banyak sebab yang ada itu antara lain :

1. Buta dari Ma’rifatullah, dien dan Rasul-Nya.

فاعلم أنه لا اله إلا إلله فستغفر لذنبك (محمد : 19)
 “ Dan ketahuilah bahwasanya tidak ada Ilah selain Allah, maka mohon ampunlah atas dosamu ( QS. Muhammad :19)
Hal mendasar dari runtuhnya akhlaq pemuda Islam hari ini adalah makin punahnya kemauan mempelajari apa yang selama ini telah mereka ikrarkan dari kalimat syahadat dan ilmu dien pada umumnya. Hal mana pengetahuan tentang Islam, ma’rifah ( pengenalan) tentang Robbnya dan Rasul-Nya, akan sangat berpengaruh pada pola kehidupannya. Semua ilmu itu akan berbanding lurus dengan sikapnya sehari-hari. Semakin dalam pengetahuan diennya, semakin banyak pula akhlaq karimah terbias dalam perilakunya. Adapun jika yang terjadi malah sebaliknya, seorang pemuda yang kita sebut “alim” tapi perbuatannya tidak mencerminkan ilmunya, maka ini hanyalah sebuah kasus. Barangsiapa berdalih dengannya untuk menutupi keengganannya belajar diennya maka itulah pikiran picik, menutupi kesalahan dengan kesalahan orang lain. Jika ma’rifah tidak bisa terinternalisasi dengan baik pada jiwa sehingga tidak bisa terrefleksi dan terrelalisir pada perilaku keseharian, maka kesalahan ada pada individunya bukan pada ilmu. Entah karena hidayah Allah belum terkarunia atau pemahaman yang salah atau juga karena dominasi nafsu yang mencengkram kuat setiap ruas tubuhnya hingga menghalangi ilmu.
  Imam Syafi’i berkata :
شكوت إلى وكيع سوء حفظي فأرشدني إلى ترك المعـــاصي
فأخبرني بأن العلم نور ونور الله لا يهدى للعــاصي
  “ Aku mengadu tentang buruknya hafalanku pada Waki’
  Ia menghimbauku agar meninggalkan maksiat
  Dan Ia beritahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya
  Dan cahaya Allah tidak diberikan pada ahli maksiat “

Kita tahu, masa muda adalah masa penuh gejolak. Masa-masa sulit dimana berbagai dorongan jiwa mendesak sama kuat. Akan tetapi meski demikian, kita juga harus menyadari masa muda merupakan titik tolak dari masa yang akan datang. Segala prestasi di masa ini adalah modal awal kesuksesan di masa tua. Dan rusaknya masa muda adalah gerbang pertama menuju kehancuran. Kalau toh ada seorang pemuda bejat yang sukses bertranformasi menjadi seorang soleh yang sukses, maka bukan lain ini adalah Rahmat Allah yang Maha Luas. Dan tentunya kita tidak akan “berbejat-bejat ria” terlebih dahulu dengan harapan bisa soleh kemudian.
Sekali lagi, ma’rifatullah, dien dan Rasul-Nya dan kesadaran bahwa dirinya tidak akan berguna tanpa pengabdian total dan perjuangan menegakkan dien-Nya, akan menjadi solusi penting bagi realita menyedihkan yang kita rasakan saat ini. Wallahu A’lam.

2. Meneladani figur yang salah.

“ Eh masa’ kamu baju begituan sich, udah ketat abis, puser lo kelihatan lagi, kan ngga’ sopan mien !” ujar Painem.
“Haah.. elo tu yang kejam ( ketinggalan jaman)'?! model beginian tuh lagi in tau ngga’ lo, ngetren !. Lihat tuh artis nihe-nihe, Agnes Monica, Dewi kesandera, Be Spears, style bajunya juga begini....Huuh.. biasa aja napa sih !” kata Tumini sewot.
Fragmen di atas mengatakan, parameter sebuah perilaku dikatakan baik atau buruk, etis tidak etis, wajar atau kurang ajar, seringkali sangat dipengaruhi faktor figur publik. Dan efek yang ditimbulkan sangat bergantung intensitas show serta popularitas. Dalam hal ini, nampaknya yang beruntung mendapat "jabatan" sebagai publik figur paling berpengaruh adalah kalangan entertainer, khususnya artis. Meski sebenarnya bukan karena kelihaian mereka membaca kondisi sosial masyarakat sehingga bisa membuat apa yang mereka kerjakan menjadi mode yang dianut, melainkan masyarakatlah yang terlalu mudah menerima segala yang ada dan cenderung permisif. Respon tak lagi kritis. Pergeseran norma dan nilai yang ada seringkali tidak bisa dirasakan, khususnya di kalangan pemuda. Atsmosfer itu seakan hanya mengendap pada "tiang-tiang sepah" saja, itupun berakhir dengan kalimat pesimistis “ yah maklumlah anak muda jaman sekarang”.
 Contoh dan tauladan yang baik hanya muncul di beberapa forum tertentu. Itupun kadang hanya berupa kisah atau dongeng dari sang penyampai. Sedangkan penjelmaan dari tauladan itu secara nyata pada sikap individu sangatlah sedikit. Dengan demikian, jika para generasi muda Islam tidak pandai-pandai mensikapi, memilah-milih dan berusaha mengontrol diri dan lingkungan semampunya, bukan mustahil lingkungan bahkan dirinya sendiri akan terinfeksi penyakit tersebut.
  Berangkat dari rasa tunduk pada Sang Pencipta dan keimanan kepadaNya, Pemuda Islam harus segera berbenah diri dan mulai melangkah.
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الأخر (الأحزاب :21)
“ Telah ada pada diri Rasulullah contoh yang baik, bagi siapa yang berharap kepada Allah dan Hari Akhir ( Al Ahzab : 21)

3. Mudah terpengaruh persepsi yang keliru.

Gengsi, jaim ( jaga image ), ngetrend dan lainnya telah menjadi kamus sakti kawula muda. Siapa yang tidak mengamalkannya akan dicap ketinggalan jaman dan dikucilkan. Sebenarnya hal semacam itu tak sepenuhnya salah, akan tetapi jika yang terjadi ternyata, demi semua itu rela mengorbankan syariat bahkan menerjang garis batasnya tentu yang semacam ini tidak bisa dibenarkan. Dan kenyataannya apa yang disebut sebagai trend masa kini acapkali berbenturan dengan nilai –nilai syariat Islam. Efek sampingnya, banyak pengamalan syariat yang berlawanan dengan trend dianggap sesuatu tidak relevan dan ortodok (kuno).
 Lemahnya fikrah generasi kita menjadikan setan mudah menaburkan benih-benih pandangan sesat lewat corong-corongnya. Berbagai persepsi yang destruktif (bersifat merusak) secara kontinyu dihembuskan hingga bisa mengikis mahligai akhlak yang pada hari ini sebenarnya telah rapuh.
 Tadinya seorang muslimah akan merasa risih dengan “baju adiknya” karena sempit dan tidak kuasa menutup seluruh anggota tubuhnya, juga dengan pergaulan yang no limit karena dianggap tidak sesuai dengan etika. Sebuah rasa yang berasal dari fitrah suci seorang manusia yang akan dituntun oleh Islam menjadi sebuah akhlak yang mulia. Tetapi mode dan tren selalu berbicara sebaliknya, akibat lemahnya fikrah dan ilmu, fitrah suci itu kian hari kian meredup dan bahkan hilang sama sekali. Teori WC yang mengatakan “ tutup hidung diawalnya, seakan wangi pada akhirnya” agaknya benar adanya. Seseorang yang awalnya risih dan enggan, lama kelamaan akan terbiasa dan bahkan menjadi penggemarnya atau malah pendukungnya yang fanatik. Yang akan membela mati-matian tanpa disuruh dan memberontak tanpa provokasi jika ada yang menentang apa yang ia lakukan. Akibatnya saat ini, benteng – benteng dari fikrah-fikrah sesat adalah pemuda yang telah menyatakan Lailahaillallah. La haula wala quata illa billah.
 Kita sepakat bahwa pelecehan sexsual, Zina (sex pranikah, free sex) kriminal dan narkotik serta miras adalah hal yang tidak akan pernah kita setujui, namun sebagian kita kurang peka dengan perkara-perkara yang bisa menjadi jalan pembuka yang mengarah ke sana. Pacaran menjurus pada perzinahan dan sex pranikah, pakaian yang tidak sesuai syariat akan memantik pelecehan, berhias berlebihan memancing tindak kriminal. Seperti kata Bang Napi, kejahatan terjadi bukan karena ada niat dari pelaku tapi juga karena ada kesempatan.
 Untuk itu, hendaknya benteng diri segera kita bangun dan perkuat dengan “ batu” ilmu yang kuat berlapis batang baja dari rasa keimanan yang mendalam. Sehingga virus-virus perusak seakan berputus asa dari menggempur pertahanan yang kita bangun. Tentunya semua itu membutuhkan kesabaran dalam menahan godaan, kekuatan dan perjuangan yang kontinyu. Banyolan yang mengatakan “ kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga” adalah pepesan kosong yang tidak pernah terjadi, karena roda nasib selalu berputar. Sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu mendaki meninggalkan sesuatu yang rendah menuju yang lebih tinggi.
Mungkin beberapa dari teman-teman kita para pemuda Islam “pernah “ sadar bahwa hidup yang mereka jalani dari menuruti hawa nafsu adalah jalan yang sama sekali salah, tapi mereka selalu menenangkan nurani dengan kalimat bodoh “ Masa muda cuman sekali, so enjoy aja lagi”.
 Ciri dari orang bodoh adalah selalu melakukan hal-hal yang tak berguna, baik untuk dunianya apalagi akheratnya. Menyadari bahwa masa yang sedang kita nikmati adalah masa penentu dan masa penuh potensi maka menggunakan masa ini sebagai start untuk meraih sukses di masa depan adalah langkah yang tepat.

Kesuksesan generasi muda pendahulu kita adalah selalu melandaskan setiap pekerjaan pada apa yang telah digariskan Allah Subhanahu Wata'ala. Kesabaran seorang pemuda bernama Yusuf Alaihissalam dalam menahan godaan dari wanita adalah hasil buah pikirannya yang jernih serta keimanannya kepada Allah. Padahal pada saat itu kesempatan terbuka lebar dan tak ada penghalang sama sekali, dirinya pun sudah sangat berhasrat. Tetapi ia katakan “ Aku berlindung kepada Allah”.
Ketabahan pemuda-pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka juga karena keimanan kepada Allah dan kesadaran bahwa hanya dengan imanlah mereka bisa selamat. Mereka rela meninggalkan segala kesenangan di kota dan lari menuju goa demi mengindar dari kebatilan dan menyelamatkan aqidah.
Selamatnya pemuda sholeh putra Azar bernama Ibrohim dari api yang melalapnya pun juga hadiah dari rasa tawakal juga iman kepada Allah Subhanahuhu Wata'ala. Ketika dengan gagah berani ia menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya dan berdebat dengan mereka pasca insiden penghancuran itu. Sehingga kemudian ia di vonis bakar.
Sebagai penutup kami wasiatkan pada diri sendiri dan generasi muda Islam untuk selalu menumbuhkan kesadaran akan betapa peran kita selalu dibutuhkan. Sekecil apapun yang bisa kita sumbangkan untuk Islam akan sangat bernilai dan akan dibalas dengan yang setimpal bahkan berlipat ganda. Wallahu A’lam.